Jumat, 14 Desember 2012

KARANTINA PERTANIAN WILKER SAPE MENGGALANG NTB TETAP BEBAS RABIES (07 Desember 2012)

Penulis: Drh. Amirullah Medik Veteriner Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sumbawa Besar Wilker Pelabuhan Penyebrangan Ferry Sape Email: ame_vet08@yahoo.com Blog: amirdrh.blogspot.com
Rabies adalah penyakit prioritas kedua setelah flu burung [7]. Serangan rabies dapat dikatakan bersifat laten dan sangat rentan terutama bagi wilayah-wilayah di Indonesia yang masih bebas. Apalagi posisi NTB adalah posisi pulau yang terancam oleh dua buah pulau yang endemis rabies seperti pulau Bali dan Flores yang telah banyak memakan korban akibat keganasan penyakit rabies. Hingga tahun ini sudah ada 9 provinsi di Indonesia bebas rabies salah satunya adalah provinsi NTB dan masih ada 24 provinsi yang terus diupayakan agar bebas rabies hingga 2020. Dan Asean telah membuat agenda yaitu : Zoonosis Free Asean 2020 dan ditindaklanjuti dengan Kerjasama Asean untuk capasity building [6]. Dan NTB harus meraih agenda itu. NTB sebagai daerah tujuan wisata nasional dan internasional, jelas harus memperhatikan dampak rabies yang dapat sangat luas, ditinjau dari aspek kesehatan, sosial, dan budaya, sampai pada keamanan dan ketertiban masyarakat, jika hal ini akan terjadi maka itu menjadi ancaman tersendiri pada menurunnya pendapatan penduduk Provinsi NTB akibat menurunnya jumlah kunjungan wisatawan. Hasil penelitian secara ilmiah, bahwa faktor pemicu munculnya kasus rabies baru didaerah yang sebelumnya bebas historis adalah karena adanya dinamika perdagangan antar pulau dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat untuk berburu antara pulau, hobis anjing, dan lain-lain yang berhubungan dengan lalulintasnya, Seperti di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada September 1997 dimana rabies ditularkan melalui anjing yang dibawa sebuah kapal penangkap ikan dari Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara, hal itu dapat dibuktikan dengan adanya kesamaan genetik diantara kelompok genetik besar virus-virus yang bersirkulasi didaerah endemik sebelumnya [1], begitu juga dengan prediksi kejadian yang terjadi dipulau bali semuanya bersumber dari kebiasaan-kebiasaan seperti diatas. Jika ada 1 (satu) anjing yang telah terpapar/tertular oleh penyakit rabies baru terdeteksi, wajib kita berprasangka bahwa kemungkinan anjing tersebut telah menggigit anjing, kucing, atau manusia yang lain. Apalagi jika ada satwa liar juga yang tertular, dapat dipastikan rabies akan sulit dikendalikan. Dan perlu diingat bahwa masa inkubasi penyakit dari sejak digigit sampai muncul gejala klinis/ keluar tanda-tanda sakit terpapar rabies sangat berragam, paling cepat 1-2 minggu, bisa berbulan-bulan, hingga bertahun-tahun. Bahkan air liur anjing yang belum sakit itu bisa jadi sudah penuh dengan virus yang siap ditularkan. Sehingga dengan demikian wilayah tersebut tinggal menunggu waktu outbreaknya. Jadi bersiap-siaplah dengan kegiatan yang merepotkan hampir semua sektor kehidupan [2]. Jika ditelusuri tidak sedikit hewan pembawa rabies (HPR) seperti anjing, kucing, monyet, dan bahkan kelelawar di NTB. Bahkan beberapa kelompok monyet dan kelelawar menjadi obyek wisata yang selalu ramai pengunjung. Akan tetapi anjing tetap menjadi vektor utama virus rabies. Namun sekalipun peluang sebagai pembawa dan penyebar rabies jauh lebih kecil, HPR yang lain seperti kucing, monyet, dan kelelawar harus tetap mendapat pengawasan karena faktor resiko pasti ada, meskipun rabies memang pernah dilaporkan ditularkan oleh kucing, tetapi hewan ini kurang dominan sebagai karier rabies, karena bio-ekologi yang tidak seluas anjing, serta hewan ini memperolah rabies dari anjing. Sedangkan monyet, meskipun mungkin saja terjadi, tetapi laporan rabies pada kera yang hidup alami tidak ada sama sekali [2]. Menjadi pelajaran berharga bagi kita, bahwa kejadian penahanan sekian banyak anjing dipelabuhan penyebrangan ferry sape sebagian besar dilakukan oleh oknum supir truk fuso yang berasal dari flores. Bahkan ada oknum yang terlibat menjadi pebisnis/jual beli daging anjing dan anjing hidup. Data Karantina Pertanian Wilker Pelabuhan Sape 3 bulan berturut-turut telah menjaring beberapa anjing yang berasal dari daerah Surabaya dan Denpasar, dan terakhir telah dimusnahkan tanggal 4 November tahun 2012 kemarin berasal dari Denpasar. Oleh karena itu pada tanggal 07 Desember 2012 Karantina Pertanian Wilker Pelabuhan Sape melakukan penggalangan/sosialisasi turun kelapangan secara langsung dengan memberikan brosur/leaflet kepada setiap supir truk yang ada di areal parkir pelabuhan sape dan menempel poster rabies sebagai early warning system dan juga sebagai bentuk Komunikasi, Edukasi, dan Informasi (KEI) sistem Karantina Pertanian kepada masyarakat agar bersama-sama mencegah masuk, keluar dan tersebarnya penyakit rabies lebih-lebih HPR yang berasal dari daerah endemis rabies. Disisi lain perlu dilakukan kerja sama yang benar-benar kuat dengan menjunjung tinggi komitmen antara instansi terkait baik secara langsung maupun tidak langsung yang terbentuk dalam sebuah Tim Pengawas NTB Bebas Rabies seperti Dinas Perhubungan Laut (ASDP), Dinas Perhubungan Darat, Polisi KP3 dipelabuhan, Dinas Peternakan, lebih-lebih instansi Karantina Pertanian sebagai garda terdepan untuk melakukan pengawasan dan atau sweeping terhadap setiap truck yang melintas keluar masuk pelabuhan yang dimulai dari pelabuhan lembar hingga pelabuhan sape, demikian sebaliknya, jika tidak segera dilakukan hal tersebut, maka bukan tidak mungkin NTB yang menjadi kebanggaan dengan bebas rabiesnya akan ternoda juga, dan NTB dengan program sektor pariwisata, serta program-program unggulannya sesaat hanya menjadi judul saja. Tindakan pencegahan ini perlu dipertimbangkan, karena hampir HPR (anjing) yang terjaring oleh petugas karantina dengan polisi KP3 pelabuhan ferry sape (tim terpadu pengawas keluar masuk komoditi pertanian salah satunya HPR (anjing)) adalah berasal dari daerah Denpasar, Surabaya, Dompu (berdasarkan pengakuan oknum), akan tetapi pada hakikatnya kita tidak tahu asal sebenarnya anjing tersebut. Bahkan tindakan penolakan yang dilakukan oleh Karantinapun kadang menjadi sebuah dilema, karena para oknum sewaktu-waktu mencari titik lemah petugas karantina (hari ini ditolak besoknya dibawa dengan cara yang lain), lalu lintas hewan penular rabies (HPR) antar daerah bahkan dari daerah tertular ke daerah bebas sulit diawasi dan persyaratan karantinapun sering dilanggar [3]. Oleh karena itu sosialisasi dan penerapan kebijakan harus terus dilakukan dan diingatkan secara meluas dan mendalam serta tepat sasaran. Jangan terlena jika ingin terus bebas dari masalah penyakit yang mematikan, merusak sektor dan program vital daerah NTB dan berpengaruh buruk terhadap psikologi masyarakat NTB pada umumnya. Pencegahan dan sosialisasi rabies di NTB harus berjalan efektif dan efisien dan harus menyentuh akar kehidupan budaya suku di NTB. Biar bagaimanapun harus juga disadari banyak pihak, bahwa rabies bukan penyakit biasa dan jika terjadi maka dampaknya akan luas. Sehingga kesadaran masyarakat untuk mendukung NTB tetap bebas rabies sangat diharapkan. Lebih-lebih pemerintah NTB sendiri harus menjadi motor dalam usaha NTB tetap bebas rabies dan mencapai agenda Zoonosis Free Asean 2020. Referensi: [1] Tri Satya Putri Naipospos (2010) Rabies dan budaya suku di Indonesia. http://www. Blogveterinerku.com. rabies-dan-budaya-suku-di-indonesia.html [2] Mahardika I. G. N., Putra A. A. G. dan Dharma D. N. (2009). Tinjauan Kritis Wabah Rabies di Bali: Tantangan dan Peluang. http://www.mail-archive.com/hindu-dharma@itb.ac.id/msg20271.html [3] Soeharsono (2008). Mengatasi wabah rabies di Bali. Pusat Kesehatan Hewan. http://www.vet-klinik.com/Berita-Pets-Animals/Mengatasi-wabah-rabies-di-Bali.html [4] Wera E. (2008). Rabies di Flores, akankah berakhir? http://genetika21.wordpress.com/2008/11/19/rabies-di-flores-akankah-berakhir/ [5] Yurike dan Sapto (2009). Penyebaran rabies di Indonesia. http://www.keswan.ditjennak.go.id/artikeldetail.php?pid=7&id=1 [6] http://news.okezone.com/read/2011/09/28/340/508300/24-provinsi-indonesia-endemi-rabies [7] http://news.okezone.com/read/2010/08/13/337/362764/penanggulangan-rabies-jadi-prioritas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PETANI MUDA ASET EKONOMI PERTANIAN INDONESIA MASA DEPAN

          PETANI MUDA ASET EKONOMI PERTANIAN INDONESIA MASA DEPAN           Bersyukur Kepada Allah SWT, telah diberi kesempatan hidup sebaga...