Rabu, 05 Agustus 2020

ALLIUM SATIVUM GROWTH PROMOTER (ASGP)

Oleh

Drh. Amirullah, M.Si

email: ame_vet08@yahoo.com


                                      Dalam  Lomba Pekan Kesadaran ANTIBIOTIK Sedunia 2018                                             

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Pada hakikatnya antibiotik diberikan pada hewan untuk mengobati penyakitnya (tujuan terapeutik), untuk mengurangi penyebaran penyakit (tujuan metafilaksis), dan untuk tujuan pencegahan penyakit. Namun seiring berkembangnya jaman yang disertai dengan perkembangan jumlah penduduk, peningkatan pemenuhan kebutuhan akan protein hewani juga menjadi suatu keniscayaan dalam rangka membangun masyarakat yang sehat dan cerdas. Antibiotik  yang dicampur dalam makanan sebagai pemacu pertumbuhan diharapkan dapat menekan produksi mikroorganisme yang menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan hewan yang akan menggagu intake makanan, penyerapan nutrisi, dan kesakitan pada ternak. Namun antibiotik yang digunakan sebagai pemacu pertumbuhan ternyata dapat memberikan dampak yang buruk pada hewan dan konsumen seperti adanya resitensi terhadap mikroba yang ada, residu antibiotik dalam produk ternak untuk jangka menengah maupun jangka panjang.

Penggunaan anitibiotik dalam pakan hewan telah dilarang dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 atas perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 22 ayat 4 huruf c disebutkan bahwa “setiap orang dilarang menggunakan pakan yang dicampur hormon tertentu dan/atau antibiotik imbuhan pakan”. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 95 tahun 2012 tentang kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan disebutkan dalam  pasal 92 poit b “bahwa setiap orang dilarang untuk memberikan bahan pemacu atau perangsang fungsi kerja organ hewan di luar batas fisiologis normal yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, atau menyebabkan kematian Hewan”. WHO dan FAO pun menganjurkan penggunaan antibiotik hanya untuk pengobatan, dan tidak merekomendasikan untuk imbuhan pakan, beberapa negara diduniapun telah menghentikan pengunaan antibiotik sebagai pemacu pertubuhan ternak.

Dalam upaya meningkatkan daya saing usaha peternakan untuk mendukung keamanan pangan nasional, diharapkan penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan tidak diaplikasikan lagi. Sehingga melalui esai ini saya ingin memberikan alternatif pengganti antibiotik (senyawa kimia) dengan ekstrak tanaman yaitu bawang putih (Allium sativum) yang memiliki sifat antibakterial dan mampu memacu pertumbuhan ternak tanpa menimbulkan resistensi dan residu. Dikemukakan dari beberapa hasil penelitian bahwa potensi terapeutik lain pada bawang putih ialah memiliki kandungan sulfur diantaranya ialah Diallyl thiosulfinate (allicin) dan juga Diallyl disulfide (ajoene) yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa (bakteri Gram (-)), serta Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis (bakteri Gram (+)) yang telah di uji dengan metode difusi. Juga dapat menghambat molekul RNA pada dua jenis bakteri sekaligus yaitu bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Pemanfaatan  fitogenik (ekstrak tanaman) bawang putih dapat dijadikan sebagai antibiotik terapeutik, sekaligus sebagai pemacu pertumbuhan karena kandungannya meski diserap oleh tubuh ternak tetapi tidak menimbulkan dampak negatif bagi hewan dan produknya.

Ekstrak bawang putih dapat di uji lagi secara invitro atau Uji mixed juga dapat dilakukan untuk mengukur toleransi bahan pakan yang digunakan terhadap bakteri, uji toksisitas pada organ secara patologi anatomi dan histopatologinya, juga dapat dilakukan uji hematologi atau uji lainnya yang mendukung agar ekstrak bawang putih yang akan digunakan dapat memenuhi persyaratan keamanan, efisiensi dan kualitas. Sehingga dapat dipastikan bahwa kandungan zat aktif dari bawang putih dapat diserap secara baik dan sistemik oleh organ tubuh hewan serta tidak meninggalkan residu dalam darah, hati, ginjal, otot, limpa. Bawang putih memiliki bau khas yang menyengat dikhawatirkan akan mempengaruhi selera dari ternak, sehingga dapat juga dikombinasi dengan ekstrak tumbuhan lainnya seperti bawang merah sehingga derajat toksiknya terhadap mikroba pathogen serupa atau mendekati antibiotik kimia, yang penting mata rantainya toksik itu terputus pada hewan tersebut saja, atau terbuang menjadi limbah atau tidak tertinggal didalam daging hewan. Bahkan bisa jadi dampak penggunaan ekstrak bawang putih ini akan baik secara komprehensip akan memberikan kekebalan dan perlindungan (multiprotektif)  terhadap tubuh hewan,  sehingga mampu menyerang mikroba secara langsung, termasuk memberikan kualitas daging yang lebih baik, ektoparasit dan endoparasit akan berkurang, dampak eksternal kotorannya yang dikeluarkan oleh hewan tidak menimbulkan polusi dan dampak lingkungan yang negatif, juga kotorannya dijauhi lalat (tidak berbau), dan yang lebih penting adalah memiliki efek samping baik yaitu tidak menyebabkan residu juga tidak menyebabkan terjadinya resistensi bakteri.

Akan tetapi untuk meningkatkan produksi yang optimal  tanpa dampak merupakan sesuatu yang mustahil, meski dapat dilakukan tentu dengan usaha yang keras. Selain mencari alternatif pengganti antibiotik pemacu pertumbuhan, faktor lain seperti perbaikan mutu  pakan, mutu kecernaan pakan, mengontrol mikroorganisme flora normal juga harus dilaksanakan secara ketat dan konsisten termasuk perbaikan manajemen vaksinasi, pengobatan, biosekurity, dan kontrol limbahnya. Meskipun mahal, akan tetapi disitulah poin investasi kesehatan dari hewan untuk kesehatan manusia. Memang sulit untuk dimulai, namun hal ini harus dilakukan karena hal ini merupakan investasi besar untuk menjamin kesehatan hewan dan manusia. Dengan harapan ada keseimbangan antara mikroba yang ada dalam saluran pencernaan, maupun imunitas terhadap penyakit eksternal,  bakteri pathogen dalam saluran pencernaan dapat ditekan, penyakit tidak mudah menginfeksi, hewan terkonsentrasi untuk pemenuhan kebutuhan nutrisinya, sehinga pertumbuhannnya terpacu secara aman dengan progres positif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PETANI MUDA ASET EKONOMI PERTANIAN INDONESIA MASA DEPAN

          PETANI MUDA ASET EKONOMI PERTANIAN INDONESIA MASA DEPAN           Bersyukur Kepada Allah SWT, telah diberi kesempatan hidup sebaga...