Oleh
Drh. Amirullah, M.Si
email: ame_vet08@yahoo.com
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan
oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara
sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme
lain. Pada hakikatnya antibiotik diberikan pada hewan untuk mengobati
penyakitnya (tujuan terapeutik), untuk mengurangi penyebaran penyakit (tujuan
metafilaksis), dan untuk tujuan pencegahan penyakit. Namun seiring
berkembangnya jaman yang disertai dengan perkembangan jumlah penduduk, peningkatan
pemenuhan kebutuhan akan protein hewani juga menjadi suatu keniscayaan dalam
rangka membangun masyarakat yang sehat dan cerdas. Antibiotik yang dicampur dalam makanan sebagai pemacu
pertumbuhan diharapkan
dapat menekan produksi mikroorganisme yang menyebabkan gangguan pada saluran
pencernaan hewan yang akan menggagu intake makanan, penyerapan nutrisi, dan
kesakitan pada ternak. Namun antibiotik yang digunakan sebagai pemacu
pertumbuhan ternyata dapat memberikan dampak yang buruk pada hewan dan konsumen
seperti adanya resitensi terhadap mikroba yang ada, residu antibiotik dalam
produk ternak untuk jangka menengah maupun jangka panjang.
Penggunaan
anitibiotik dalam pakan hewan telah dilarang dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2014 atas perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 22 ayat 4 huruf c disebutkan bahwa
“setiap orang dilarang menggunakan pakan yang dicampur hormon tertentu dan/atau
antibiotik imbuhan pakan”. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 95 tahun 2012 tentang kesehatan masyarakat
veteriner dan kesejahteraan hewan disebutkan dalam pasal 92 poit b “bahwa setiap orang dilarang
untuk memberikan bahan pemacu atau perangsang fungsi kerja organ hewan di luar
batas fisiologis normal yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, atau
menyebabkan kematian Hewan”.
WHO dan FAO pun menganjurkan penggunaan antibiotik hanya untuk pengobatan, dan
tidak merekomendasikan untuk imbuhan pakan, beberapa negara diduniapun telah
menghentikan pengunaan antibiotik sebagai pemacu pertubuhan ternak.
Dalam
upaya meningkatkan daya saing usaha peternakan untuk mendukung keamanan pangan
nasional, diharapkan penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan tidak
diaplikasikan lagi. Sehingga melalui esai ini saya ingin memberikan alternatif
pengganti antibiotik (senyawa kimia) dengan ekstrak tanaman yaitu bawang putih
(Allium
sativum) yang memiliki sifat antibakterial
dan mampu memacu pertumbuhan ternak
tanpa menimbulkan resistensi dan residu. Dikemukakan dari beberapa hasil
penelitian bahwa potensi terapeutik lain pada bawang putih
ialah memiliki kandungan sulfur diantaranya ialah Diallyl thiosulfinate (allicin)
dan juga Diallyl disulfide (ajoene) yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa (bakteri Gram (-)), serta Staphylococcus
aureus, dan Bacillus subtilis (bakteri
Gram (+)) yang telah di uji dengan metode difusi. Juga dapat menghambat
molekul RNA pada dua jenis bakteri sekaligus yaitu bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa. Pemanfaatan
fitogenik (ekstrak tanaman) bawang putih
dapat dijadikan sebagai antibiotik terapeutik, sekaligus sebagai pemacu
pertumbuhan karena kandungannya meski diserap oleh tubuh ternak tetapi tidak
menimbulkan dampak negatif bagi hewan dan produknya.
Ekstrak
bawang putih dapat di uji lagi secara invitro atau Uji mixed juga dapat
dilakukan untuk mengukur toleransi bahan pakan yang digunakan terhadap bakteri,
uji toksisitas pada organ secara patologi anatomi dan histopatologinya, juga
dapat dilakukan uji hematologi atau uji lainnya yang mendukung agar ekstrak
bawang putih yang akan digunakan dapat memenuhi persyaratan keamanan, efisiensi
dan kualitas. Sehingga dapat dipastikan bahwa kandungan zat aktif dari bawang
putih dapat diserap secara baik dan sistemik oleh organ tubuh hewan serta tidak
meninggalkan residu dalam darah, hati, ginjal, otot, limpa. Bawang
putih memiliki bau khas yang menyengat dikhawatirkan akan mempengaruhi selera
dari ternak, sehingga dapat juga dikombinasi dengan ekstrak tumbuhan lainnya
seperti bawang merah sehingga derajat toksiknya terhadap mikroba pathogen serupa
atau mendekati antibiotik kimia, yang penting mata rantainya toksik itu terputus
pada hewan tersebut saja, atau terbuang menjadi limbah atau tidak tertinggal
didalam daging hewan. Bahkan bisa jadi dampak penggunaan ekstrak bawang putih
ini akan baik secara komprehensip akan memberikan kekebalan dan perlindungan
(multiprotektif) terhadap tubuh
hewan, sehingga mampu menyerang mikroba
secara langsung, termasuk memberikan kualitas daging yang lebih baik, ektoparasit
dan endoparasit akan berkurang, dampak eksternal kotorannya yang dikeluarkan
oleh hewan tidak menimbulkan polusi dan dampak lingkungan yang negatif, juga
kotorannya dijauhi lalat (tidak berbau), dan yang lebih penting adalah memiliki
efek samping baik yaitu tidak menyebabkan residu juga tidak menyebabkan
terjadinya resistensi bakteri.
Akan
tetapi untuk meningkatkan produksi yang optimal tanpa dampak merupakan sesuatu yang mustahil,
meski dapat dilakukan tentu dengan usaha yang keras. Selain mencari alternatif
pengganti antibiotik pemacu pertumbuhan, faktor lain seperti perbaikan mutu pakan, mutu kecernaan pakan, mengontrol
mikroorganisme flora normal juga harus dilaksanakan secara ketat dan konsisten termasuk perbaikan manajemen
vaksinasi, pengobatan, biosekurity, dan kontrol limbahnya. Meskipun
mahal, akan tetapi disitulah poin investasi kesehatan dari hewan untuk
kesehatan manusia. Memang sulit untuk dimulai, namun hal ini harus dilakukan
karena hal ini merupakan investasi besar untuk menjamin kesehatan hewan dan
manusia. Dengan harapan ada keseimbangan antara mikroba yang ada dalam saluran
pencernaan, maupun imunitas terhadap penyakit eksternal, bakteri pathogen dalam saluran pencernaan
dapat ditekan, penyakit tidak mudah menginfeksi, hewan terkonsentrasi untuk pemenuhan
kebutuhan nutrisinya, sehinga pertumbuhannnya terpacu secara aman dengan progres
positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar