Rabu, 12 Agustus 2020

PETANI MUDA ASET EKONOMI PERTANIAN INDONESIA MASA DEPAN


        PETANI MUDA ASET EKONOMI PERTANIAN INDONESIA MASA DEPAN

        Bersyukur Kepada Allah SWT, telah diberi kesempatan hidup sebagai warga Negara Indonesia, Negara kepulauan yang sangat luas, tanah yang subur, air melimpah, curah hujan yang bagus, beragam sumber daya ayam tumbuh dan berkembang dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan umat manusia. Berbangga juga karena memiliki nenek moyang yang telah mengajarkan hidup dari bertani dan bercocok tanam meskipun dahulunya dengan cara konvensional menggunakan peralatan seadanya. Sektor pertanian sudah merupakan sumber kehidupan sejak jaman dahulu kala hingga saat ini dan bahkan sampai akhir jaman. Secara hakikat hidup dengan cara bertani sudah banyak dirasakan manfaat dan keuntungannya oleh diri petani juga oleh masyarakat kita, selain produk pertanian yang dihasilkan, seorang petani adalah seorang yang sangat sehat jiwa raganya karena aktivitas bertaninya.

Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi industry, komunikasi, dan informasi, serta lajunya pertumbuhan penduduk Indonesia, otomatis kebutuhan konsumsi masyarakat juga akan meningkat, tuntutan akan pemenuhan kebutuhan pangan tidak bisa di hindari, masyarakat konsumen dengan berbagai level standar sosialnya juga menuntut yang beragam sesuai dengan kondisi sosialnya, kuantitas dan kualitas produk pangan asal pertanian tentunya akan menjadi pilihan karena kesehatan dan sanitasi serta dampak ikutan minimal menjadi perhatian tersendiri. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri juga saat ini lahan pertanian sudah banyak yang dikonversi menjadi bangunan dan gedung sehingga lahan pertanianpun semakin menyusut, dan harus membuka lahan baru untuk memenuhi kebutuhan produksi pangan, hal itu tidak mudah untuk dilakukan.

Tidak hanya itu, saat ini generasi muda Indonesia hampir meninggalkan sektor pertanian, karena perkembangan jaman, sosial, budaya, gaya hidup. Mungkin dianggap bertani adalah pekerjaan yang hanya dikerjakan oleh orang-orang tua. Kehidupan masyarakat Indonesia yang sudah semakin modern seperti saat ini, mungkin sebagian besar masyarakat kita sudah tidak banyak yang memperdulikan proses produksi bahan makanan asal pertanian, orang taunya kebutuhannya terpenuhi dengan perilaku konsumsi dan konsumsi saja.

Untuk tetap dapat memenuhi itu semua sektor pertanian harus melebarkan sayapnya agar dapat memproduksi kebutuhan pangan 267 juta jiwa rakyat Indonesia.  Disinilah tantangan kita, perlu keseimbangan antara produksi, konsumsi dan stok pangan yang sehat, halal, bergizi, bersih, dan berkualitas untuk masyarakat Indonesia yang sehat, cerdas dan kuat. Sektor pertanian Indonesia kedepannya harus optimis memiiliki produk pertanian yang beradulat, berkualitas, dapat diterima diseluruh kalangan Negara didunia dan berdaya saing dengan pola pengelolaan pertanian yang modern sehingga masyarakat Indonesia sejahtera, ketahanan dan keamanan pangan bisa terjaga.

 Banyak Negara di asia bahkan didunia yang bangkit dan maju secara progresif dari sektor pertaniannya, bahkan Negara kecil yang memiliki lahan yang jauh lebih sedikit dari Negara Indonesiapun mengandalkan sektor pertaniannya dengan bagus secara kuantitas maupun kualitas. Harusnya kita jangan sampai kalah dengan negara-negara yang memiliki lahan pertanian yang sempit, kita Indonesia secara geografis memiliki lahan yang lebih luas dan berdaulat. Harusnya mampu terkelola dengan optimal, ideal dan bijak, kita harus daulat dalam sektor pertanian dan produknya.

Masyarakat Indonesia terutama pemudanya kedepan harus di cetak sebagai pemuda pertanian berdaulat. Kita harus optimis, sektor pertanian kedepannya akan menjadi sektor non migas favorit sebagai sumber devisa negara, yang menopang kedaulatan dan ketahanan pangan nasional dan bahkan dunia, namun perlu mendorong pemuda-pemuda Indonesia untuk menggerakkan sektor pertanian ini untuk memanfaatkan dan menggunakan teknologi yang relevan, dan bahkan harus menciptakan inovasi-inovasi modern untuk memancing pemuda-pemuda lainnya untuk berkreasi. Indonesia kedepan harus lebih baik, bisa belajar dari puluhan tahun yang lalu, generasi jaman itu mampu menciptakan sektor pertanian yang handal dimana beberapa komoditi diekspor terutama beras di wilayah asia, bahkan Negara lain pernah belajar bercocok tanam pada petani Indonesia..

 

Kreasi dan inovasi teknologi manusia pada semua sektor kehidupan semakin maju dan berkembang, sektor pertanianpun jangan pernah ketinggalan dan terus dikembangkan dari pertanian skala kecil sampai pertanian level industri. Banyak potensi Indonesia yang dapat di gali dan dikembangkan oleh pemuda Indonesia saat ini, banyak terobosan teknologi modern di bidang pertanian yang nyatanya sangat bermanfaat, selayaknya kita optimis dengan pembangunan dan kemajuan pertanian kedepan dengan produk pertanian yang diperoleh akan lebih berkualitas, sehat, mampu memenuhi standar nasional maupu internasional.

Sektor pertanian kedepan memberikan gambaran asumsi yang positif dan sangat menjanjikan untuk masyarakat Indonesia,  Inovasi dan kreasi dapat dengan mudah diciptakan dan cepat mempengaruhi individu lainya, yang kemudian membentuk kelompok-kelompok inovasi. Melihat perkembangan itu petani saat ini sedang bersiap untuk mengembangkan diri menghadapi kemajuan teknologi yang terjadi saat ini, terutama para petani muda yang saat ini yang sudah memahami dan mengikuti operasionalisasi teknologi pertanian modern, bahkan tidak sedikit pemuda indonesia menciptakan inovasi disektor pertanian meski hanya terbatas pada kepetingan dan kepuasan diri dan lingkungannya.

Masa depan bangsa dan masyarakat Indonesia yang menentukan adalah kita sendiri, tonggak ketahanan pangan dan kesejahteraan harus kita kerjakan bersama-sama. Pemuda Indonesia cukup banyak yang cerdas dan produktif, pemuda-pemuda kita ada di segala sektor pembangunan Indonesia, baik di lingkungan pemerintahan, swasta juga lingkungan akademisi. Kolaborasi pemuda tersebut akan mampu mengelola sektor pertanian dengan segala kreasinya mulai dari perencanaan hingga menghasilkan produk pertanian modern yang berkualitas, sehat, bermutu, bermanfaat, dapat terintegrasi, aman untuk lingkungan dan masyarakat konsumen, dan mampu tersedia secara berkelanjutan.

Harus optimis dengan kemampuan pemuda saat ini, pasti mampu mengembangkan sektor pertanian meski lahan yang diperoleh pada era saat ini sangat terbatas dan sering menjadi kendala, berbeda dengan kondisi abad sebelumnya lahan pertanian masih sangat luas. Namun pemuda saat ini tidak kehabisaan ide, sudah banyak inovasi intelektual dan kreatifitasnya pada sektor pertanian yang menghasilkan produk pertanian yang berkualitas. Bukan hanya sekedar coba-coba, akan tetapi dilakukan dengan perhitungan antara kesempatan, peluang dan benefit. Memang tidak banyak, akan tetapi dapat menjadi holic dan influenzer bagi pemuda yang lain, sehingga dengan kemampuannya pemuda indonesia sangat mungkin mengubah level sektor pertanian dengan perpaduan teknologi komunikasi dan telekomunikasi saat ini berada pada levet tertinggi dari sektor lainnya.

Kita mengajak pemuda indonesia untuk menjadikan sektor pertanian sebagai alat pemersatu rakyat, berlomba-lomba berkreasi berinovasi menciptakan sesuatu yang membangun jiwa-jiwa bertani yang sedang tidur.  Berkomitmen mensejahterakan rakyat Indonesia bahkan masyarakt dunia melalui semangat bertani dengan cara yang modern, yang akan menghasilkan produk pertanian yang sehat, berkualitas, yang selalu tersedia memenuhi kebutuhan masyarakat..

Negara kita sudah mampu memproduksi peralatan pertanian modern, belum lagi peralatan pertanian hasil kreasi pemuda pertanian di daerah-daerah. Banyak hal yang bisa dibuat oleh petani-petani muda kita kedepannya, sehingga hasil pertanian akan bisa menjadi sumber pertanian yang mampu memenuhi pasar ekspor produk pertanian diberbagai Negara. Untuk pembangunan pertanian kedepan harus juga didukung oleh pemerintah baik dalam pertanian skala kecil maupun pertanian skala besar, skala kecil dimasyarakat minimal harus diprospek melalui Dinas Pertanian setempat, Kelompok tani, PKK, Kelompok-kelompok tertentu yang dibentuk di Desa, kecamatan, Kabupaten/Kota untuk dapat memanfaatkan lahan pekarangan masing-masing, dapat juga dilakukan kepada masyarakat yang telah memilik lahan tetapi belum dikelola dengan baik sehingga perlu diorong secara kreatif dengan menerapkan kreasi inovasi-inovasi yang mudah terterima. Namun untuk sektor pertanian skala besar yang sudah ada dan berkembang tetap harus didorong secara teknis dan pembinaan SDM nya untuk menghasilkan SDM yang kompeten dan mampu berproduksi.  

Peran pemerintah, dunia pendidikan dan support dari swasta untuk memotivasi, memperhatikan dan mendukung petani muda dengan sarana prasarana, pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) pemuda, serta permodalan bagi petani yang baru mengembangkan pertaniannya, mengubah pola pikir pemuda pertanian agar berpikiran produktif dan berwawasan luas tidak takut kotor, becek dan bau, tidak gengsi, memancing diciptakannya inovasi-inovasi baru bidang pengelolaan pertanian dan produk pertanian, bahkan di pacu/dilombakan/ diberi reward untuk menciptakan inovasi dan kreasi yang  relevan, selain itu harus mampu mengubah pola produksi konsumtif menjadi pola produksi retail sehingga produk yang dihasilkan tidak hanya untuk dikonsumsi tapi dapat bernilai jual tinggi, dan berdaya saing, bukan hanya untuk ketahanan dan keamanan pangan nasional melainkan untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia (ekspor).

Dengan dukungan pemerintah (motivasi, pendidikan, inhouse training, seminar, workshop, study banding, bibit, regulasi/kebijakan, modal atau stimulus lainnya) sangat penting untuk menggerakkan roda sektor pertanian, terutama diera perdagangan bebas dan isu ekonomi pertanian global dimana setiap produk yang dihasilkan harus memenuhi berbagai hal seperti persyaratan-persyaratan daya saing global, kualifikasi, perjanjian dan kerjasama nasional atau internasional dan lain-lainnya. Menerapkan  pengelolaan komoditas pangan yang baik dengan berdasarkan pedoman Good Agriculture Practices, Good Handling Practices, dan Good Manufaturing Practices untuk menjamin kualifikasi produk pertanian.

Petani muda sebagai kepanjangan tangan pemerintah mampu membentuk perkumpulan atau kelembagaan tani dan dapat menggerakkan masing-masing kelompok kecil atau warga masyarakat dalam lingkungan tertentu agar memiliki hasil pertanian sendiri untuk yang memilik lahan pekarangan terbatas maupun yang memiliki lahan khusus. Yang memiliki lahan terbatas di pekarangan rumah dapat menggunakan kreasi polybag, hidrophonik, aquaponic, horizontal maupun vertikultur bahkan bisa memanfatkan kemasan botol plastik, hasilnya dapat dikonsumsi sendiri juga dapat di jual kepasar tradisional maupun pasar modern (multi market). Sehingga dapat memberikan dampak pada kesehatan, produk dan ekonomi bagi masyarakat tersebut. Produksi dari hasil kreasi dan inovasinya dapat dimulai dari produksi skala kecil (rumahan) hingga produksi skala besar (komersil) untuk prospek pasar nasional maupun pasar internasional (diekspor) dengan sedikit sentuhan dan dorongan pemerintah dengan memberi pelatihan dan perhatian, memberi informasi terkait peluang pasar internasional. Juga Input teknologi industry dan operasionalisasi digital.

Salah satu contoh akibat keterbatasan lahan adalah membangun lahan untuk bertani dilantai dua gendung rumah juga membangun greenhouse dengan tanpa mengurangi kualitas produksinya, bahkan dapat dijadikan model pertanian modern dengan system pengoperasiannya menggunakan control digital dan automatis. Dapat juga menggunakan teknologi modern yang praktis untuk mempercepat pengelolaan, produksi, menciptakan irigasi buatan, cahaya buatan, nutrisi serta mengkombinasikan teknologi inovasi kreasi yang ramah lingkungan, sehingga produk pertanian yang dihasilkan berkelas premium yang dapat terterima di multi market, dapat di produksi sepanjang tahun, outputnya stabilitas ketahanan pangan nasional terjaga, masyarakat Indonesia sehat sejahtera.

Melalui pemuda juga dapat menginisiasi gerakan pemanfaatan lahan yang ada dimulai dari rumah-rumah warga, sampai pada lahan yang luas milik warga, dengan menanam tanaman yang memiliki potensi komersil yang merupakan kebutuhan utama konsumen sehingga hasil produksinya berkelanjutan, minimal kebutuhan konsumsi warga setempat terpenuhi dan sudah memahami cara menghasilkan produk pertanian. Memacu semangat dan dorongan serta kesamaan visi dan misi warga dapat mendongkrak pergerakan ekonomi warga sekitar atau dilokasi setempat.

Merangsang animo warga dengan menciptakan suasana pengelolaan pertanian yang menyenangkan, mengamati proses hingga produksi. Bahkan dengan hasil yang baik, kelompok warga dapat melakukan ekspansi memperluas lahan pertanian dengan cara-cara tertentu seperti menyewa lahan orang lain atau mendorong pemilik lahan tidur untuk memanfaatkan lahanya. Petani muda tidak harus berharap adanya lahan-lahan yang luas, tetapi juga bisa berkreasi memanfaatkan dan mengelola lahan-lahan yang tidak produktif, atau lahan kumuh disekitar yang dapat diciptakan sebagai lahan indofarming, lantai atap rumah, sampai lahan dibawah  jembatan layangpun bisa.

Semakin banyak masyarakat yang sadar dan merasakan manfaatnya, maka akan semakin luas berkembang, luas lahan yang dibuka, semakin banyak pula produk yang dihasilkan, masyarakat akan semakin termotivasi untuk berkreasi, bersaing dan belajar dari berbagai sumber. Sehingga dengan adanya kesamaan visi dan misi harapannya akan terbentuk suatu kelompok tani model dalam asosiasi, KUD, dan lain-lain, dalam kelompok tersebut bersinergi pemuda pemudi, pensiunan, praktisi dan lain-lain. Membentuk kelompok praproduksi, pengelolaan produksi dan kelompok pengelolaan pasca panen. Membentuk kelompok belajar anak-anak untuk mempelajari pertanian praktis di lingkungan, di alam, menanamkan karakter dan jiwa pertanian pada usia dini bagi anak-anak, sehingga anak-anak tersebut kelak mampu berkreasi menciptakan inovasi-inovasi dibidang pertanian untuk mempermudah proses pengelolaan sektor pertanian. Hal itu merupakan investasi sumberdaya dan peluang yang sangat bagus untuk pembangunan sektor pertanian kedepan.

Petani muda itu dapat di ambil dari lingkungan sekolah kejuruan pertanian atau juga personil sekolah umum yang punya hobi bidang pertanian, lingkungan mahasiswa pertanian, vokasi pertanian, strata D4, kursus/pelatihan/bimtek pertanian, pemuda magang pertanian dari luar negeri. juga dari TNI/Polri yang mengembangkan pertanian dan lain-lain. Oleh karenanya mulai saat ini kita harus segera bergerak untuk membangkitkan semangat membangun, memproduksi, berinovasi, dan mengelola peluang didepan mata yang bisa kita bangun disektor pertanian. Dapat di survey, dilihat dan di seleksi tahap-pertahap, model permodel yang dimulai dari mempersiapkan daerah/wilayah yang potensi yang dapat dijadikan kawasan pertanian modern yang berbasis lahan pekarangan integrasi hidrophonik untuk buah dan sayur atau budidaya apapun yang potensial, mempersiapkan bibit yang berkualitas, pupuk nutrisi yang sesuai, sumber air, sarana dan prasarana lainnya yang aman dan ramah lingkungan.

Pengembangan sektor pertanian oleh pemuda harus memetakkan komoditas unggulan sesuai dengan peta dan karakter wilayah masing-masing,  sehingga produk pertaniannya beragam, pengelolaan pertanian oleh pemuda itu dilaksanakan secara serentak diseluruh wilayah Indonesia, memperdayakan pemuda-pemuda didesa, dikecamatan, dikabupaten/kota propinsi untuk bersaing berinovasi melibatkan dukungan pemerintah, lingkungan pendidikan, pemerhati lingkungan. Dengan keberhasilan pemberdayaan dan pengelolaan ini secara tidak langsung pemuda-pemuda pelopor pertanian diseluruh Indonesia dapat membuka peluang tenaga kerja secara otomatis dapat mengurangi angka pengangguran, mengurangi urbanisasi. Bahkan bisa membangun industri sendiri di daerah masing-masing.

Pengembangan pertanian skala kecil (rumahan) maupun skala besar (industri) kedepan antara kelompok pemuda pelopor pertanian, dapat saling menukar informasi lintas daerah untuk peningkatan produktifitas, kualitas dan kuantitas produk, sehingga pemenuhan komoditas pertanian sangat beragam dan berkelanjutan. Antisipasi kendala yang akan timbul akan dapat diatasi dengan kolaborasi input dari pemerintah terkait regulasi, informasi, sarana dan prasaranan, peneliti lingkup akademisi terkait kajian bibit/benih berkualitas, standar nutrisi, kajian penanganan penyakit dan hama, pupuk ramah lingkungan, dan dukungan swasta mitra petani terkait sarana dan prasaranan (sponsor), inovasi-inovasi kreasi pemuda yang dapat dipadukan antara system pengelolaan pertanian konvesional dengan pengelolaan pertanian modern yang syarat dengan teknologi digital.

Dapat kita bayangkan dengan keseriusan kreasi inovasi pemuda tani Indonesia, masa depan sektor pertanian kita akan maju modern dan mandiri dari hulu sampai hilir di seluruh kabupaten/kota di Indonesia ada industry pertanian mini didesa, ada hidroponik, aquaponic, greenhouse didesa, ada produk pertanian lokal produksi pemuda desa dengan kualitas dan citarasa impor yang tidak kalah saing dengan Negara-negara besar lainnya. Dengan menerapkan pedoman Good Agriculture Practices, Good Handling Practices, dan Good Manufaturing Practices dapat dipastikan jaminan mutu produk yang dihasilkan akan lebih baik, produk pertanian yang masuk kepasar dan multi mart adalah produk yang berlabel hasil kreasi dan inovasi pemuda tani Indonesia. Negara Indonesia tidak akan melakukan importasi produk pertanian lagi, melainkan arus ekspor terus meningkat.

Pertanian modern yang dikembangkan oleh pemuda tani Indonesia kedepan dapat menjadi tontonan hiburan yang menarik bagi masyarakat kita sehingga dapat membentuk pola pemikiran masyarakat bahwa sektor pertanian sangat menarik dan memberi dampak yang besar untuk kesehatan. Bisa menjadi tempat sekolah lapang bagi siswa, kelompok-kelompok tertentu yang kemungkinan dapat memantapkan mindsetnya bahwa belajar dan mengembangkan sektor pertanian sangat menarik dan bermanfaat. Bahkan bisa dipamerkan, sehingga semua kalangan masyarakat bisa melihat teknologi yang digunakan dalam industry pertanian, tahapan-tahapan pengelolaan produk pertanian dari awal hingga menjadi produk siap konsumsi.

Pengembangan sektor pertanian oleh pemuda tani Indonesia harus menjadi solusi sektor pertanian kedepannya, karena dari kreasi inovasi pemuda tanilah yang akan dapat menjawab tantangan akibat menyusutnya lahan pertanian pada 20-30 tahun kedepan. Pemuda tani dapat melihat dan merasakan peluang yang harus diraih, sehingga mulai saat ini perlu menghadirkan mitigasi sektor untuk mengantisipasi itu semua. Dorongan pemerintah, studi ilmiah akademisi, dan dukungan swasta harus tetap terjaga. Kemungkinan cara bertani yang dikembangkan akan berubah pola, dari sistem bertani horizontal dengan bentangan lahan akan menjadi sistem bertani vertikal. Karena menyusutnya lahan maka sistemnya bertani menjadi seperti rumah susun, menyusun dalam greenhouse, menanam dan bertani  di gedung-gedung tua yang tidak berpenghuni atau gedung yang sudah tidak digunakan.

Kejenuhan pemuda tani juga menjadi masalah tersendiri di kemudian hari, karena dampak sosial, budaya dan gaya hidup akan nyata pengaruhnya terhadap kehidupan kita, untuk itu pelopor pemuda tani Indonesia harus segera mencetak generasi-generasi baru yang semangat dan berjiwa tani. Mencetak inovasi-inovasi yang lebih baru untuk pengelolaan sektor pertanian yang lebih praktis yang dapat membuat pemuda tani merasa nyaman dengan teknologi yang dihadapi, membuatnya bangga menjalankan profesi bertani modern, sehingga dalam mindsetnya inilah bertani yang modern, tidak harus berlumur tanah lumpur yang kotor, panasnya terik matahari tapi dapat juga mendapat manfaat kesehatan, juga meraup keuntungan finansial, minimal untuk tetap mengaja ketahanan pangan yang mandiri.

Sektor pertanian yang dikembangkan pemuda tani modern diseluruh desa, kecamatan dan kabupaten/kota di Indonesia sangat unik tapi menarik, mungkin akan menjadi satu-satunya yang ada di dunia, karena metode itu mampu menciptakan mental-mental yang mandiri bagi pemuda-pemuda daerah. Memiliki kekuatan tersendiri bagi bangsa Indonesia yang majemuk ini, yang berarti persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia akan semakin kuat dan kokoh, tidak akan ada lagi yang namanya demo dan protes, yang ada hanyalah demo kreasi inovasi dan dalam pikirannya betapa indahnya berkumpul dengan sesama petani muda, beradu kreasi inovasi, presentasi hasil/produk, menampilkan vlog/video/foto keberhasilan pengelolaan pertanian, semua pemuda daerah telah terpatri dalam jiwa raganya hanya pertanian dan kreasi inovasi, bangga rasanya mensejahterakan ratusan ribu jiwa rakyat Indonesia, bahkan rakyat dunia.

Mumpung saat ini lahan pertanian kita masih ada dan luas, mumpung lahan kita masih sehat, kita mulai gerakan secara bersama melalui lahan pekarangan, lahan tidur, lahan tidak produktif, lahan kumuh, bangunan tingkat  yang tidak terpakai, sampai membuka lahan baru seperti membuka lahan sawit yang terbentang luas. Dapat dibayangkan jika seperti itu lahan pertanian buah dan sayur atau komoditas unggulan lainnya yang kita miliki disetiap desa, kota/kabupaten diseluruh Indonesia. Dalam skala besar masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang punya potensi untuk pengembangan sektor pertanian, hanya saja untuk memulainya masih terkendala banyak hal, akan tetapi jika pemuda tani punya semangat yang kuat, tidak ada yang tidak mungkin, pasti dapat terwujud untuk pertanian Indonesia yang maju, modern, dan mandiri.  

Pemuda tani modern harusnya segera merapatkan barisan, kumpulkan pemuda tani kreatif yang ada didesa, kota/kabupaten diseluruh Indonesia, kreator konten pertanian modern yang ada dimedia youtube, mulai kita laksanakan dan eksekusi. Indonesia akan semakin dikenal dunia oleh persatuan pemuda taninya, oleh kreasi inovasi cerdasnya, oleh produk pertaniannya, dan bukan hanya dari sektor teknologi industry lainnya ataupun sektor migasnya, akan tetapi sektor pertanian yang digerakkan oleh pemuda tani Indonesia benar-benar seperti virus. Jika benar-benar terwujud, bukan tidak mungkin didalam Kabinet Kementerian Negara Republik Indonesia muncul Kementerian Pemuda Tani Republik Indonesia, atau minimal dalam tubuh Kementerian Pertanian muncul Badan Pemuda Tani Indonesia (BPTI)/lembaga Pemuda Tani Indonesia (LPTI). Karena kalau sektor pertanian tidak berkembang, akan berdampak secara sistemik terhadap seluruh kehidupan masyarakat Indonesia, karena rakyat Indonesia butuh makanan yang sehat, bergizi dan berkelanjutan untuk menciptakan manusia-manusia Indonesia yang  sehat dan cerdas.

Pemerintah harus terus mendukung gerakan pemuda tani yang sudah berkreasi inovasi dan menghasilkan produk pertanian, regulasi dan arah kebijakan harus berpihak pada pemuda tani Indonesia dengan segala kreasi inovasinya, terus mendorong pemuda tani Indonesia untuk menjadi pemuda tani yang modern, maju, mandiri dan cerdas, agar dapat menjadi contoh bagi  masyarakat Indonesia lainnya, mencetak sejarah kemajuan sektor pertanian Indonesia sepanjang era teknologi modern sekarang dan kedepanya, untuk dinikmati oleh anak cucu kita kelak, memberikan peluang untuk menjadikan Indonesia maju, Indonesia sehat, Indonesia cerdas,  Indonesia Sejahtera. Jayalah Indonesiaku.

 

Rabu, 05 Agustus 2020

ALLIUM SATIVUM GROWTH PROMOTER (ASGP)

Oleh

Drh. Amirullah, M.Si

email: ame_vet08@yahoo.com


                                      Dalam  Lomba Pekan Kesadaran ANTIBIOTIK Sedunia 2018                                             

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Pada hakikatnya antibiotik diberikan pada hewan untuk mengobati penyakitnya (tujuan terapeutik), untuk mengurangi penyebaran penyakit (tujuan metafilaksis), dan untuk tujuan pencegahan penyakit. Namun seiring berkembangnya jaman yang disertai dengan perkembangan jumlah penduduk, peningkatan pemenuhan kebutuhan akan protein hewani juga menjadi suatu keniscayaan dalam rangka membangun masyarakat yang sehat dan cerdas. Antibiotik  yang dicampur dalam makanan sebagai pemacu pertumbuhan diharapkan dapat menekan produksi mikroorganisme yang menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan hewan yang akan menggagu intake makanan, penyerapan nutrisi, dan kesakitan pada ternak. Namun antibiotik yang digunakan sebagai pemacu pertumbuhan ternyata dapat memberikan dampak yang buruk pada hewan dan konsumen seperti adanya resitensi terhadap mikroba yang ada, residu antibiotik dalam produk ternak untuk jangka menengah maupun jangka panjang.

Penggunaan anitibiotik dalam pakan hewan telah dilarang dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 atas perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 22 ayat 4 huruf c disebutkan bahwa “setiap orang dilarang menggunakan pakan yang dicampur hormon tertentu dan/atau antibiotik imbuhan pakan”. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 95 tahun 2012 tentang kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan disebutkan dalam  pasal 92 poit b “bahwa setiap orang dilarang untuk memberikan bahan pemacu atau perangsang fungsi kerja organ hewan di luar batas fisiologis normal yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, atau menyebabkan kematian Hewan”. WHO dan FAO pun menganjurkan penggunaan antibiotik hanya untuk pengobatan, dan tidak merekomendasikan untuk imbuhan pakan, beberapa negara diduniapun telah menghentikan pengunaan antibiotik sebagai pemacu pertubuhan ternak.

Dalam upaya meningkatkan daya saing usaha peternakan untuk mendukung keamanan pangan nasional, diharapkan penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan tidak diaplikasikan lagi. Sehingga melalui esai ini saya ingin memberikan alternatif pengganti antibiotik (senyawa kimia) dengan ekstrak tanaman yaitu bawang putih (Allium sativum) yang memiliki sifat antibakterial dan mampu memacu pertumbuhan ternak tanpa menimbulkan resistensi dan residu. Dikemukakan dari beberapa hasil penelitian bahwa potensi terapeutik lain pada bawang putih ialah memiliki kandungan sulfur diantaranya ialah Diallyl thiosulfinate (allicin) dan juga Diallyl disulfide (ajoene) yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa (bakteri Gram (-)), serta Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis (bakteri Gram (+)) yang telah di uji dengan metode difusi. Juga dapat menghambat molekul RNA pada dua jenis bakteri sekaligus yaitu bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Pemanfaatan  fitogenik (ekstrak tanaman) bawang putih dapat dijadikan sebagai antibiotik terapeutik, sekaligus sebagai pemacu pertumbuhan karena kandungannya meski diserap oleh tubuh ternak tetapi tidak menimbulkan dampak negatif bagi hewan dan produknya.

Ekstrak bawang putih dapat di uji lagi secara invitro atau Uji mixed juga dapat dilakukan untuk mengukur toleransi bahan pakan yang digunakan terhadap bakteri, uji toksisitas pada organ secara patologi anatomi dan histopatologinya, juga dapat dilakukan uji hematologi atau uji lainnya yang mendukung agar ekstrak bawang putih yang akan digunakan dapat memenuhi persyaratan keamanan, efisiensi dan kualitas. Sehingga dapat dipastikan bahwa kandungan zat aktif dari bawang putih dapat diserap secara baik dan sistemik oleh organ tubuh hewan serta tidak meninggalkan residu dalam darah, hati, ginjal, otot, limpa. Bawang putih memiliki bau khas yang menyengat dikhawatirkan akan mempengaruhi selera dari ternak, sehingga dapat juga dikombinasi dengan ekstrak tumbuhan lainnya seperti bawang merah sehingga derajat toksiknya terhadap mikroba pathogen serupa atau mendekati antibiotik kimia, yang penting mata rantainya toksik itu terputus pada hewan tersebut saja, atau terbuang menjadi limbah atau tidak tertinggal didalam daging hewan. Bahkan bisa jadi dampak penggunaan ekstrak bawang putih ini akan baik secara komprehensip akan memberikan kekebalan dan perlindungan (multiprotektif)  terhadap tubuh hewan,  sehingga mampu menyerang mikroba secara langsung, termasuk memberikan kualitas daging yang lebih baik, ektoparasit dan endoparasit akan berkurang, dampak eksternal kotorannya yang dikeluarkan oleh hewan tidak menimbulkan polusi dan dampak lingkungan yang negatif, juga kotorannya dijauhi lalat (tidak berbau), dan yang lebih penting adalah memiliki efek samping baik yaitu tidak menyebabkan residu juga tidak menyebabkan terjadinya resistensi bakteri.

Akan tetapi untuk meningkatkan produksi yang optimal  tanpa dampak merupakan sesuatu yang mustahil, meski dapat dilakukan tentu dengan usaha yang keras. Selain mencari alternatif pengganti antibiotik pemacu pertumbuhan, faktor lain seperti perbaikan mutu  pakan, mutu kecernaan pakan, mengontrol mikroorganisme flora normal juga harus dilaksanakan secara ketat dan konsisten termasuk perbaikan manajemen vaksinasi, pengobatan, biosekurity, dan kontrol limbahnya. Meskipun mahal, akan tetapi disitulah poin investasi kesehatan dari hewan untuk kesehatan manusia. Memang sulit untuk dimulai, namun hal ini harus dilakukan karena hal ini merupakan investasi besar untuk menjamin kesehatan hewan dan manusia. Dengan harapan ada keseimbangan antara mikroba yang ada dalam saluran pencernaan, maupun imunitas terhadap penyakit eksternal,  bakteri pathogen dalam saluran pencernaan dapat ditekan, penyakit tidak mudah menginfeksi, hewan terkonsentrasi untuk pemenuhan kebutuhan nutrisinya, sehinga pertumbuhannnya terpacu secara aman dengan progres positif.


Senin, 03 Februari 2020

KORTISOL PADA STRES KAMBING SELAMA TRANSPORTASI


BAB I
PENDAHULUAN
1.  1.  Latar Belakang
            Peternakan kambing lokal seperti kambing kacang saat ini semakin kurang diminati oleh petani karena telah banyak kambing persilangan seperti kambing peranakan etawah (PE) yang memiliki tampilan tubuh yang lebih besar serta volume dan jumlah karkas yang lebih banyak, sehingga kambing kacang lokal kurang potensial untuk dijadikan ternak penghasil pedaging.
Sampai saat ini transportasi hewan hidup tetap dilakukan untuk memindahkan hewan  dari suatu tempat ketempat lain dengan cepat dan mudah, hal itu merupakan  praktek peternakan yang tak terelakkan, dan telah diakui sebagai salah satu penyebab utama stres (Saeb et al., 2010).  Salah satu stres yang sering dijumpai dalam dunia peternakan dan sangat merugikan secara ekonomi ialah stres transportasi (Phillips, 2002). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan stres pada ternak, antara lain manajemen sebelum transpor, kebisingan, getaran, hal-hal yang baru, pengelompokan, kepadatan, faktor iklim (temperatur, kelembaban, gas), restrain, waktu pemasukan dan pengeluaran saat transit, serta pemberian pakan dan minum saat pengangkutan, kualitas udara yang buruk dan pencampuran kelompok asing (Saeb et a.l, 2010). Juga handling dan saat dibawa menuju ke tempat pemotongan (Buil et al., 2003).
Stres transportasi secara langsung dapat menganggu mempengaruhi kesehatan hewan, metabolisme, system endokrin dalam tubuh hewan, kesejahteraan hewan. Dan secara tidak langsung akan memberikan efek buruk terhadap nilai ekonomis  hewan seperti penurunan berat badan dan performa hewan, kualitas karkas/daging, juga efek fisiologis seperti peningkatan aktivitas korteks adrenal, penurunan kekebalan, peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit infeksi (Saeb et al., 2010; Maejima et al., 2005.)
Secara biologis hewan dalam keadaan stress akan terjadi peningkatan konsentrasi kortisol. Kortisol memiliki sifat im­onosupresif akan mempengaruhi sintesis protein, mengurangi populasi eo­sinofil, limfosit dan makrofag/monosit, kemudian menimbulkan antropi jaringan limfoid, thymus, limpa dan kelenjar limfe, sehingga mempen­garuhi fungsi immune dan menurunkan derajat kesehatan (Guyton & Hall 2006; (Kannan et al., 2000).
Selama terjadi stimulasi terhadap sistem saraf simpatik dan hipotalamus-hipofisis adrenal akibat respon stres lingkungan fisik, biologis, maupun psikologis, maka  secara otomatis akan terjadi peningkatan konsentrasi serum kortisol diperlukan untuk memenuhi krisis energi selama stres fisik untuk ternak (Maejima et al., 2005, Petrauskas 2005). Konsetrasi kortisol merupakan salah satu indeks reaksi hewan untuk setiap stres lingkungan. Kannan et al ., (2000) mengatakan bahwa stres transportasi dapat meningkatkan nilai kortisol plasma melebihi nilai-nilai kortisol plasma normal di kambing 18 ng / mL.  Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kortisol pada kambing akan meningkat 9 kali lipat setelah mengalami transoprtasi selama 3 jam (Maejima et al., 2005).

1.2.  Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk:
1.    Untuk mengetahui adanya perubahan level bioindikator stress (kortisol)  pada kambing selama transportasi
2.    Untuk mengetahui ada tidaknya stress selama transportasi
1.3.  Manfaat Penulisan
Penulisan ini adalah diharapkan dapat memberikan tambahan informasi ilmiah mengenai bioindikator stress (kortisol)  pada kambing kacang selama transportasi.
BAB II
MATERI DAN METODE  PENULISAN

Penulisan ini disusun berdasarkan studi literature, artikel, jurnal, dan berbagai makalah lainnya.


















BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.    1. Profil Kambing Kacang
Menurut Davendra and Mcleroy (1982), secara umum sistematika kambing adalah sebagai berikut:
Kingdom        : Animals
Phylum          : Chordata
Group             : Cranita (Vertebrata)
Class              : Mammalia
Order              : Artiodactyla
Sub-order      : Ruminantia
Famili                         : Bovidae
Sub Famili     : Caprinae
Genus            : Capra atau Hemitragus
Spesies          :    - Capra hircus
                                         - Capra ibex
     - Capra caucasica
     - Capra pyrenaica
     - Capra falconeri
Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia yang juga banyak terdapat di Malaysia, memiliki ciri dengan daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat, juga daya reproduksi yang sangat tinggi. Secara fisik kambing kacang memiiki cirri-ciri punggung lebih tinggi dari bahu, bulu pada garis punggung yang jantan lebih panjang dan kasar bentuk badannya kecil, tinggi sekitar 53 cm, berat badan antara 10 – 20 kg, warna bulu kebanyakan sawo matang sampai coklat tua, hitam belang, adakalanya putih, bulunya pendek, telinga kecil, tegak dan hidungnya rata (Mulyono dan Sarwono, 2004). Kambing ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit, bersifat prolifik, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana (Mulyono dan Sarwono, 2004).
Masa pubertas dicapai pada umur sekitar 6 bulan pada yang jantan dan 5 bulan pada betina. Birahi pertama pada umur sekitar 10-12 bulan dan dapat melahirkan hingga 1-3 perkelahiran atau rata-rata 2 ekor, Bobot lahir tunggal kambing kacang 3-5 kg (Sarwono, 2011). Berat badan dewasa  sekitar 20-25 kg.  Bobot badan kambing kacang betina pada saat mencapai  dewasa tubuh sekitar 20 kg (Devendra dan Burns, 1994) dengan tinggi pundak pada kambing kacang jantan  dewasa sekitar 53,80 cm dan kambing kacang betina sekitar 52,00 cm. Kambing jantan muda mencapai dewasa kelamin mulai umur 20-23 minggu, dan betina muda sekitar umur 300 hari (Mulyono dan Sarwono, 2004).
Frekuensi pernapasan yang normal bagi ternak kambing berkisar antara 26 – 54 kali per menit (Frandson, 1996). Kenaikan frekuensi pernapasan disebabkan oleh karena temperature lingkungan yang tinggi dan aktivitas otot bertambah. Ternak kambing mempunyai fekuensi denyut jantung yang lebih tinggi dari ternak ruminansi lainnya.  Denyut jantung kambing berkisar antara 70 – 135 kali per menit pada kambing dewasa dan pada anak kambing antara 100 – 120 kali per menit (Frandson, 1996). Kecepatan denyut jantung bereaksi pada pembongkaran panas tubuh. Bilamana panas hilang dalam waktu yang pendek, maka kecepatan jantung akan tinggi, suhu tubuh yang normal pada kambing berkisar antara dan menurut suhu tubuh kambing dewasa berkisar antara 38,5 0C – 40,5 0C (Frandson, 1996).

3.2.   Fisiologi Hormon Kortisol
Hormon kortisol atau glukokortikoid merupakan hormon steroid dari golongan glukoortikoid yang dihasilkan oleh oleh sel didalam zona fasikulata pada kelenjar adrenal. Hormon kortisol bertanggung jawab untuk memelihara homeostasis garam dan air, kontrol tekanan darah, dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan tulang (Petrauskas, 2005). Hormon kortisol mengkonversi protein menjadi glukosa untuk meningkatkan kadar gula darah, bekerja sama dengan hormon insulin untuk menjaga kadar gula darah agar konstan, mengurangi peradaangan, memelihara stabilitas tekanan darah, menjaga kerja system kekebalan tubuh (Guyton dan Hall, 2006).  Pada saat yang sama akan terjadi peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh, dan peningkatan kebutuhan energi yang mengakibatkan bertambahnya kebutuhan oksigen sehingga terjadi percepatan eritropoesis pada sumsum tulang (Guyton dan Hall, 2006).
Secara fisiologi, situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespon terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan menstimulir medula adrenal dan segera melepaskan katekolamin (epinefrin atau adrenalin dan norepinefrin atau noradrenalin) ke dalam aliran darah dan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, seperti meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan corticotrophin releasing factor (CRF),  suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon adreno corticotroprin hormone (ACTH), yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Peran ACTH terhadap korteks adrenal menyebabkan pelepasan kortisol dan glukokortikoid lainnya. Segala jenis stres merupakan rangsangan utama bagi peningkatan sekresi kortisol plasma, gula, dan creatine kinase  yang merupakan indikator yang berguna dari stres (Kannan et al., 2000).
Hormon kortisol dilepaskan dilepaskan baik pada saat stres akut maupun kronis dan berfungsi untuk menyuplai cadangan energy. Tingkat rangsangan stress akan mempengaruhi tingkat pelepasan hormon kortisol dalam darah sehingga menyebabkan perubahan tingkat proses pemecahan cadangan karbohidrat, lemak, protein untuk pembentukan suplay energy yang digunakan untuk menjaga homeostatis (Petrauskas, 2005). Glukoneogenesis adalah faktor penting untuk mengganti simpanan glikogen hati dan mempertahankan kadar glukosa darah, bahkan glukosa akan dihambat penyerapannya kejaringan lain hanya karena glukosa digunakan sebagai bahan bakan metabolik dan sumber energi otak serta harus tersedia secara adekuat (Guyton dan Hall, 2006).
 Kortisol mempunyai efek metabolik dengan merangsang penguraian protein di banyak jaringan, terutama otot dan meningkatkan konsentrasi asam amino darah yang dapat digunakan untuk proses glukoneogenesis juga dapat digunakan pada jaringan lain yang memerlukannya, atau digunakan untuk memperbaiki jaringan yang rusak  dan sintesis struktur sel yang baru. Kortisol juga dapat meningkatkan lipolisis dan menguraikan lemak  yang tersimpan dalam jaringan adiposa menjadi asam lemak untuk dibebaskan ke dalam darah. Asam lemak yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar metabolik alternatif dan sumber energi bagi jaringan sebagai pengganti glukosa, sehingga glukosa dapat dihemat untuk otak. Akibat  penguraian simpanan protein dan lemak oleh kortisol dapat  menambah simpanan karbohidrat dan meningkatkan ketersediaan glukosa darah untuk membantu melindungi otak dari malnutrisi selama periode puasa juga kondisi stres (Guyton dan Hall, 2006).
Gambar.1. Kontrol jalur sekresi kortisol /plasma kortikosteroid (Maejima et al., 2005)
3.3.      Patofisiologi Hormon kortisol
Peningkatan kadar kortisol plasma (dalam sirkulasi darah) akibat pelepasan adenocorticotrophin hormone (ACTH) oleh adanya interaksi komponen-komponen yang terdapat dalam hypothalamic-pituitary axis (HPA-axis)  yang berlokasi dibawah hipotalamus karena adanya rangsangan pelepasan corticotrophin releasing factor (CRF) melalui akitivitas neurotransmiter, CRF dilepaskan karena adanya berbagai jenis respon tubuh berupa stress, baik stres fisik maupun stres psikis Kortisol juga dapat mempengaruhi penekanan sintesis protein, mengurangi populasi eo­sinofil, limfosit dan makrofag/monosit, kemudian menimbulkan antropi jaringan limfoid, thymus, limpa dan kelenjar limfe sehingga mempen­garuhi fungsi immune (Bowman et al., 2003). 
Stres pertama akan menyebabkan baik imunodepresi (melalui peningkatan kadar glukokortikoid) maupun imunostimulasi (dengan menurunkan kadar steoid gonadal). Pengaruh stres terhadap sistem imun adalah akibat pelepasan neuropeptida dan adanya reseptor neuropeptida pada limfosit B dan limfosit T. Regulasi sistem imun pada keadaan stress juga dipengaruhi oleh katekolamin yang mengatur fungsi-fungsi imunologis seperti proliferasi sel, produksi sitokin dan antibodi, aktivitas sitolitik dan komunikasi sel.
Kecocokan neuropeptida dan reseptornya akan menyebabkan stres dapat mempengaruhi kualitas sistem imun individu.  Menurut Grandin, (2007), semakin tinggi tingkat keparahan stress, maka akan semakin tinggi kadar hormon kortisol yang dibebaskan dan akan mencapai nilai puncak setelah 15-20 menit hewan terpapar oleh stressor. Kortisol plasma akan meningkat dalam waktu 30 menit awal setelah transportasi dan mencapai puncak pada 1 jam kemudian (Fasio et al., 2008). Honkavaara et al., (2003) menyatakan bahwa konsentrasi kortisol akan meningkat lebih tinggi dan turun secara signifikan pada transportasi dengan periode pendek (kurang lebih 1,5 jam) dibandingkan periode panjang (7-10 jam).

3.4. Darah
            Darah merupakan cairan yang bersirkulasi di dalam tubuh yang terdiri atas bagian cair (plasma darah) dan benda-benda darah. Darah dibagi menjadi dua bagian, yaitu cairan dan padatan Sel darah (padatan) berdasarkan morfologinya terdiri atas eritrosit (sel darah merah),, leukosit (sel darah putih), dan trombosit (platelet). Leokosit terdiri dari Leukosit granuler (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan leukosit agranuler ( monosit dan limfosit) (Frandson, 1996). Bagian cairan  disebut plasma yang sebagian besar terdiri atas 91-94% air. Plasma darah dapat menghasilkan serum setelah mengendapkan faktor antikoagulan dan protein-protein dalam darah (Frandson, 1996).Bagian utama plasma adalah protein yang terdiri dari albumin, globulin juga terdapat fibrinogen yang dalam proses pembekuan darah akan berubah menjadi fibrin, bagian plasma yang tidak membeku pada proses pembekuan yang berupa cairan kuning disebut serum (Ganong, 2010).
Darah memiliki tiga fungsi utama dalam tubuh, diantaranya adalah sebagai sistem transportasi, sistem regulasi, dan sistem pertahanan tubuh (Guyton dan Hall, 1997). Darah sebagai sistem transportasi berperan dalam membawa oksigen, karbondioksida, zat nutrisi, hasil sisa metabolisme dan hormon. Peranannya sebagai sistem regulasi adalah menjaga homeostasis dan mengatur suhu tubuh yang disebabkan oleh stress lingkungan dan transportasi, infeksi kuman penyakit, dan fraktura (Schalm et al., 1975; Frandson, 1996). Darah merupakan indikator dalam perubahan fisiologi pada tubuh hewan. Pada hewan yang mengalami stres panas, akan menyebabkan dehidrasi sehingga akan berpengaruh  pada jumlah dan bentuk eritrosit serta pelepasan kadar hemoglobin yang terikat. Akibat dehidrasi, viskositas darah akan semakin meningkat  akibat pengaruh hormone epinefrin dalam kerja limpa dan darah menjadi kental terutama pada saat hewan mengalami, luka, trauma, ketakutan, sakit atau latihan (Guyton dan Hall, 2006).
Respon fisiologis hewan terhadap stres sebagian besar diperantarai melalui jalur neuroendokrin pusat dan perifer, yang berpuncak pada perubahan besar dalam pembentukan dan fungsi leukosit darah. Terdapat 5 jenis utama leukosit yang bekerja sama untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antibody yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit. Kondisi stres juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan persentase neutrofil dan menghambat sekresi limfosit dari sumsum tulang (Schalm, 2010). Kannan et al., (2000) yang melaporkan bahwa lama waktu transportasi sangat mempengaruhi neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan rasio neutrofil:limfosit pada kambing Spanish yang ditransportasi selama 2,5 jam di Amerika Serikat.

BAB VI
PEMBAHASAN
4.1. Stres
Stres merupakan respons biologi yang ditimbulkan ketika individu mengalami ancaman terhadap keseimbangannya atau homeostasis tubuh (Moberg dan Mench, 2000). Mekanisme modifikasi fisiologis yang memungkinkan hewan untuk merespon rangsangan stres dengan perubahan homeostasis yang minimum (Mudron et al., 2005). Stress secara umum dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu:
4.1.1.   Eustress
Eustres adalah respon stress yang bersifat positif, terjadi dalam  jangka pendek yang bisa memberikan kekuatan atau semangat, bisa dikendalikan, meningkatkan aktifitas fisik. (Tarrant et al., 1992).
4.1.2.   Distress 
Distres adalah respon stres yang dianggap sukar dikendalikan oleh individu, destruktif (bersifat merusak). Bisa menjadi beban mental (psikis) fisik bagi individu yang mengalaminya hingga berujung pada keadaan yang tidak menguntungkan, rekatif, dapat menimbulkan penurunan performa dan dapat menimbulkan penyakit sistemik. (Tarrant et al., 1992). Stres jenis distress terbagi menjadi 2 tipe, yaitu stres akut dan stres kronis
4.1.2.1.    Stres akut adalah stres yang intens yang muncul dan hilang dengan cepat meskipun stres ini cukup tinggi. Misalnya saat hewan dalam lingkungan yang terbatas kemudian menghadapi hal-hal yang mengancam dirinya.
4.1.2.2.    Stres kronis adalah stres yang dapat dan  sudah berlangsung cukup lama, bisa berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.




4.2.  Stresor
Stresor adalah faktor penyebab atau pemicu terjadinya stress, macam-macam stressor diantaranya (Tarrant et al., 1992).

4.2.1.    Stresor Fisik
Stresor fisik yang dapat menyebabkan stress adalah  penanganan pada saat menaikkan atau menurunkan kambing, suara bising,  makanan, dan kepadatan selama transportasi jarak jauh, perpindahan kandang dan tempat tinggal,  serta perubahan iklim dan cuaca lingkungan (Zulkifli et al., 2010)
4.2.2.   Kimia
Disebabkan oleh zat kimia seperti pengaruh obat-obatan, zat beracun, gas dan lain-lain.
4.2.3.   Psikis
            Tekanan dari dalam diri individu seperti frustasi, kecemasan (anxiety), trauma, perubahan social, perubahan pola makan, aktivitas, kelelahan, persaingan dalam kelompok, kehadiran predator, konflik antara kelompok hewan, ancaman predator (Zulkifli et al., 2010).

4.3.    Dampak Stres
Respon stres terhadap tubuh menurut (Tarrant et al., 1992), me­nyebabkan beberapa perubahan fisiologis antara lain: (a) memobilasi energi untuk mempertahankan fungsi otot dan otak, (b) meningkatkan responsibilitas/ketaja­man/kepekaan tubuh terhadap ancaman atau ketidaknyamanan (c) meningkatkan kerja jantung, respirasi, distribusi aliran darah, meningkatkan subtract dan suplai energi ke otot dan otak, (d) Perubahan sistem modulasi respon imun tubuh, (e) menghambat system fisiologi reproduksi dan perilaku seks, (f) menurunkan nafsu makan. Apabila individu mengalami stress, maka tubuh akan merespon secara fisiologis, psikis, fisik dan biologis yang diawali dengan perubahan kepekaan terhadap ancaman dan ketidaknyamanan individu meningkat, kerja jantung menjadi meningkat, respirasi, distribusi aliran darah dan suplai energi ke otot dan otak juga meningkat untuk mempertahankan fungsinya, modulasi perubahan respon imun, nafsu makan turun, diare, berat badan juga menurun. Gelisah, keluar keringat yang berlebihan sampai dehidrasi, bulu/rambut berdiri, pupil mata membesar juga dapat menjadi emosional dan terjadi perubahan perilaku.
Apapun jenis stresornya, tubuh akan secara otomatis akan mempersiapkan diri untuk menghadapi pemicu rangasangan stress, pada kondisi tersebut terjadi respon melawan atau melarikan diri ( fight or flight). Kecemasan adalah reaksi pertama ketka terjadi stress, yang selanjutnya diikuti oleh tahap perlawanan dan pengerahan kimiawi dari sitem pertahanan tubuh. Perlawanan terhadap kondisi darurat akan memicu peningkatan skresi hormone stress, sel darah merah lebih banyak dilepaskan untuk membantu membawa oksigen, dan sel darah putih dihasilkan lebih banyak untuk melawan infeksi, peningkatan kecepatan denyut jatung, peningkatan tekanan darah dan peningkatan pernafasan, dan peningkatan metabolisme untuk persiapan penggunaan energi yang cukup banyak sampai berakhirnya ancaman yang dirasakan (Grandin, T. 1997). Seyle menanamkan proses ini dengan sindrom adaptasi umum (General Adaptation Syndrome) yang dikendalikan oleh hipotalamus setelah hipotalamus menerima rangsangan stressor fisik dan psikologis.

4.4.  Hubungan Stress  dengan Transportasi
Transportasi ternak merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan  ternak dari suatu lokasi kelokasi yang lain, kegiatan ini efektif dan sangat sering dilakukan untuk memenuhi kebutuhan permintaan ternak suatu daerah tertentu.  Berbagai stress fisik dan stres psikologis dapat terjadi selama perjalanan akibat dari penanganan, suara, isolasi, suhu ekstrim, kekurangan pakan dan minum, getaran, berdiri terlalu lama, kelembaban dan kepadatan tinggi selama transportasi juga saat bongkar muat (Kannan et al., 2000). Kepadatan ternak yang tidak diperhatikan akan dapat menyebabkan penuruan kualitas daging akibat memar dan gesekan selama perjalanan, karena alat angkut atau sarana transportasi yang digunakan bukan alat angkut khusus untuk hewan (Zulkifli.et al., 2010). Handling waktu menaikkan dan menurunkan hewan yang dilakukan dengan kasar, kurangnya pengalaman pengemudi  mengatur kecepatan laju dan goncangan alat angkut juga sangat menentukan stress pada hewan (Built et al., 2004; Grandin, 2007).
Hamito. D. (2010) menjelaskan bahwa stress transportasi menyebabkan penurunan berat badan, hiperadrenalis, peningkatan mobilisassi glikogen otot, serta turunnya cadangan energy otot, sehingga akan berbahaya untuk kesehatan dan bahkan kematian. Hal itu disebabkan karena selama perjalanan, jarak yang ditempuh yang terlalu jauh dan lama tanpa istirahat, makan, dan minum juga pelayanan dan kontrol kesehatan hewan. Respon stres  akan menjadi berbahaya apabila terjadi dalam waktu yang cukup lama dan berkelanjutan serta mengakibatkan terganggunya homeostasis, lebih banyak urinasi dan defekasi, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, defisit energi meningkatnya laju respirasi, denyut jantung (Fuch et al., 2001).
Menurut Canadian Agri-Food Reseach Council (2001) ternak tidak dianjurkan untuk diangkut lebih dari 36 jam perjalanan tanpa berhenti dan harus diistirahatkan untuk pemberian pakan dan minum apabila perjalanan  memerlukan waktu lebih 24 jam perjalanan (Greenwood et al., 1993). Transportasi selama 24-48 jam akan menyebabkan stress kronik. Dan akan mempengaruhi system imun, pencernaan, hormonal reproduksi, hormonal pertumbuhan, energy metabolisme dan respon terhadap infeksi ataupun penyakit (Etim et al., 2013). Transportasi  selama 48 jam akan menyebabkan perubahan pada jumlah leukosit, neutrofil, dan serum kortisol tapi tidak terjadi pada limpfosit. Namun, pada transit yang tidak lama akan mengurangi jumlah neutrofil dan meningkatkan konsetrasi kortisol (Becker et al., 1992).
Stress juga dapat terjadi pada saat dibawa menuju ke tempat pemotongan (Buil et al., 2003). Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa stres yang dialami sebelum dan selama proses pemotongan dapat mempengaruhi kualitas daging dan produk akhir dari daging (Chulayo et al., 2012). Peningkatan pemecahan glikogen otot, peningkatan proses glikolisis anaerobik sampai peningkatan pembentukan asam laktat menyebabkan turunnya  kualitas daging (Colditz et al., 2006). Peningkatan suhu otot menyebabkan pH mengalami penurunan sehingga menyebabkan denaturasi protein retikulum sarkoplasma dan penurunan kapasitas pengikatan air pada jaringan sehingga daging menjadi nampak pucat, lembek, dan eksudatif (Chulayo et al., 2012).



















BAB V
KESIMPULAN
Stress selama transportasi akan menyebabkan peningkatan kadar kortisol, perubahan kortisol akan mempengaruhi performa ternak kambing, nilai jual kambing yang turun akan mengurangi nilai jualnya. Perlakuan selama transportasi, kelayakan alat angkut, penanganan medis dan ketersedian pakan dan minum harus diperhatikan. 
























DAFTAR PUSTAKA
Bowman, R.E., Beck,K.D., dan Luine, V.N., 2003. Chronic stress effect on memory: sex differences in performance and monoaminergic activity. Hormones and Behavior, 43:48-59.
Becker, B. A., Y. Niwano, H. D. Johnson. 1992. Physiologic And Immune Responses Associated With 48-Hour Fast Of Pigs. Lab. Anim. Sci. 42, 51-53.
Buil T., María G.A., Villarroel M., Liste G., López M. 2004. Critical points In The Transport of Commercial Rabbits To Slaughter In Spain That Could Compromise Animals’ welfare.  World Rabbit Sci.12: 269 – 279.
Colditz, I.G., D.L. Watson, R. Kilgour, D.M. Ferguson, C Prideaux, J. Ruby, P.D.Kirkland, and K Sullivan. 2006. Impact of animal health and welfare research within the CRC for Cattle and Beef Quality on Australian beef production', Australian J. Experiment. Agricult. 46:233-244.
Chulayo, A.Y, O.Tada, and V. Muchenje. 2012. Research on pre-slaughter stress and meat quality: A review of challenges faced under practical conditions, Appl. Anim. Husb. Rural Develop. 5:1-6.
Devendra, C. and G.B. McLeroy. 1982. Goat and Sheep Production in the Tropics. Longman Group Limited, Harlow, Essex, UK.
Etim. NN, Mary  E. W, Emem I. Evans and Edem E. A.O.  2013  Physiological and Behavioural Responses of Farm Animals to Stress: Implications to Animal Productivity. Department Of Animal Science, Akwa Ibom State University,  Obio Akpa State, Nigeria.American Journal Of Advanced Agricultural Research (ajaar). vol. 1, pp. 53-61.


Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi 4.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Fazio, E., Medica, P., Albergina, D., Cavaleri, S., Cravana C.,  Ferlazzo, A. 2005. Cortisol Levels As Indicator Of Stress In Domestic Goats Under Different Housing Systems
Fuch, Flügge G, O F, Lucassen P, Vollmann-Honsdorf GK, Michaelis T 2001.Stres psikososial, glukokortikoid, dan perubahan struktural dalam hippocampus tikus pohon. Physiology & Behavior 73: 285-291.
Guyton, A. C dan Hall, J. E. 2006. Textbook of Medical Physiology, 11th  Edition. International Edition ISBN 0-8089-2317-X  Philadelphia, Pennsylvania
Greenwood P.L. and Da Shutt. 1993. Salivary And Plasma Cortisol As An Index Of Stress In Goats. New South Wales Agriculture, Elizabeth Macarthur Agricultural Institute PMB 8, Camden, New South Wales 2570. Aust Vet J69: 161 – 163  No 7.
Ganong, W.F. 2010. Review of Medical Physiology. 23th Ed. ISBN: 978-0-07-160568-7. The McGraw-Hill Companies
Grandin, T. 1997. “Assessment of stress during handling and transport”. Journal of Animal Science, Vol. 1. 15:249-257.
Hamito. D. 2010. Sheep and Goat Transport.  Teknical Bulletin. No 38. Ethiopia Sheep and Goat Productivity Improvement Program
Honkavaara M, Rintasalo E, Ylonen J, Pudas T. 2003. Meat quality and transport stress of cattle. Dtsch Tierarztl Wochenschr 110:125-128.
Kannan, G., Terrill, TH, Kouakou, B. Gazal, OS, Gelaye, S., Amoah, EA dan Samake, S., 2000. Transportation of goats: effects on physiological stress responsses  and live weight loss: Journal of Animal Science . 78:1450-1457.
.Maejima, Y., M. AOYAMA, A. ABE, S. Sugita (2005): Induced expression of c-fos in the diencephalon and pituitary gland of goats following transportation1. J. Anim. Sci. 83, 1845-1853.
Mudron P, Rehage J, Sallmann HP, Holtershinken M, Scholz H. 2005. Stress response in dairy cows related to blood glucose. Acta Vet Brno. 74:37-42.
Moberg, G. P. 2000. “The Biology of Animal Stress;Basic Principle And Implications for Animal Welfare”. CABI Publishing. CAB International, Wallingford, Oxion OX108DE, New York
Mulyono, S dan Sarwono, B., 2004. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta
Maejima, Y., M. Aoyama, A. Abe, S. Sugita (2005): Induced Expression Of  C-fos In The Diencephalon And Pituitary Gland Of Goats Following Transportation. J. Anim. Sci. 83, 1845-1853.
Petrauskas L. 2005. Monitoring Stress Hormones In Rehabilitated And Captive Otariids.[Thesis]. Fairbanks (US): University of Alaska Fairbanks.
Phillips, C. 2002. Cattle Behaviour and Welfare. UK. Blackwell Publishing.
Sarwono, B., 2011. Beternak Kambing Unggul.Cetakan I. Penebar Swadaya. Jakarta
Saeb, M., Baghshani, H. Nazifi, S. dan Saeb, S. 2010. Physiological Response Of Dromedary Camels To Road Transportation In Relation To Circulating Levels Of Cortisol, Thyroid Hormones And Some Serum Biochemical Parameters. Trop Anim Health Prod. 42:55–63.
Schalm, O.W., K. Jane W and Douglas. J. W. 2010.  Veterinary Hematology. 6 th  Ed. Stacey R. Byers and John W. Kramer (Normal Hematology of Sheep and Goats).Chapter 108 P: 836-842. From Jain NC. Schalm’s Veterinary Hematology, 4th ed. Philadelphia:Lea & Febiger, 1986;208 – 239. Blackwell Publishing Ltd. State Avenue, Ames, Iowa, USA
 Tarrant, P.V., F.J. Kenny, D. Harrington and M. Murphy. 1992. Long Distance Transportation of Steers to Slaughter, Effect of Stocking Density on Physiology, Behaviour and Carcass Quality. Livest. Prod. Sci. 30: 223 – 238.
Zulkifli I, Norbaiyah B, Cheah.Y.W, Soleimani A.F, Sazili A. Q, Rajion M.A and Goh Y.M 2010. Physiological responses in goats subjected to road transportation under the hot, humid tropical conditions. Int. J. Agric. Biol., 12: 840–844.


PETANI MUDA ASET EKONOMI PERTANIAN INDONESIA MASA DEPAN

          PETANI MUDA ASET EKONOMI PERTANIAN INDONESIA MASA DEPAN           Bersyukur Kepada Allah SWT, telah diberi kesempatan hidup sebaga...